Empat Hal yang Aku Sesali Ketika Test IELTS
Hai! Apa kabar?
Mungkin beberapa diantara teman-teman sedang mempersiapkan diri untuk test IELTS. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat, terutama agar kalian tidak seperti aku. Hahahaha.
Untuk konteks, aku akan sebutkan beberapa disclaimer :
1. Semua berdasarkan pengalaman pribadi dan spesifik. Se-spesifik :
- Aku mengambil tes Academic IELTS Computer Based pada bulan April 2024 di Lembaga British Council Jakarta
- Overall result-ku adalah 7. Yang butuh detailnya boleh DM *halah
- Durasi belajar yang aku habiskan untuk IELTS adalah sekitar 3 bulan sebelum test. Hampir setiap hari, namun hanya sekitar 30 menit - 1 jam
- Cara belajar adalah dengan belajar pribadi dan mentor. Alhamdulillaah, ada adik iparku yang sangat baik hati menjadi mentor buat les hampir 2x setiap minggu *luv dek Rani
2. Karena pengalaman yang spesifik itu, bisa jadi kalian akan mengalami hal yang berbeda.
3. Asumsi dasar : kalian sudah tahu IELTS itu apa, memang sedang persiapan IELTS, atau sedang cari-cari tau lucu aja. Atau pengen baca tulisannya Fani aja. Yeay
OKEH, let's start
1. Terlalu percaya dengan simulation test
Ini adalah nomor satu, kesalahan paling besar. Mungkin kita sering melihat simulation test IELTS seliweran di medsos. Ketika aku coba ikuti, KOK SUSAH BANGET.
Mulai khawatir, insecure, tidak percaya diri. Biasanya lembaga penyelenggara simulation test bakal sekaligus marketing untuk Les / Kelas Belajar IELTS berbayar
Setidaknya aku tidak ikut les belajar IELTS karena sudah diajari oleh adik iparku. Tapi, mentalku kena banget! Bener-bener gak percaya diri, takut, sedih, kecewa, setiap lihat nilai simulation yang nampaknya tidak ada progress. Padahal, aku mengikuti simulation hampir 2 minggu sekali. Terlalu menyedihkan melihat nilai yang terus-terusan jelek.
Semakin aku sering ikut simulation, semakin aku bisa mengetahui sumber soal mereka. Oalah, ternyata mereka dapet soal-soal ini dari random situs IELTS. Tidak tampak resmi dan terpercaya.
Aku juga curiga, kenapa simulationnya selalu terasa lebih sulit dibanding aku mengerjakan soal-soal di buku?
Setelah aku jalani test IELTS yang sebenarnya, ternyata emang itu simulation lebih sulit daripada aslinya hahahaha. Sungguhlah aku tertipu. Poin berikutnya aku sampaikan sumber belajar yang (menurutku) paling mendekati aslinya.
Disclaimer lagi soal simulation test, memang menurutku soalnya tidak mirip aslinya. TAPI mungkin bisa tetep dicoba untuk merasakan experience back-to-back ngerjain soal dengan limit waktu. Dan gak usah terlalu menghayati bahwa hasilnya akan menggambarkan kemampuanmu yang sesungguhnya.
2. Belajar dengan banyak sumber
Nerbener ya, kalo udah insecure, udah kayak orang kebakaran jenggot. Panic buying. Suara-suara seperti ini :
" Aku harus ikut les berbayar biar bisa lulus "
" Aku harus beli buku kumpulan soal yang berbentuk fisik, biar kerasa feel belajarnya "
" Aku harus ikut webinar X biar semakin percaya diri "
Sehingga ketika persiapan belajar, ini nih sumber belajar ku :
- Buku fisik kumpulan soal IELTS, cetakan Indonesia -> Rp 200an ribu
- Soal-soal simulation test dari suatu lembaga (di poin no 1) -> gratis sampai dengan 125ribu kalo lengkap dengan Writing dan Speaking
- Download pdf Cambridge Practice for IELTS -> gratis
- Les dengan mentor, dia menyiapkan beberapa soal latihan juga
- Materi belajar dari British Council setelah daftar, akan dibahas di poin ke-3
- Video-video belajar di Youtube
Sebanyak itu. Apa iya bisa kepegang semua? Tentu saja tydaq
Setelah aku jalani test IELTS yang sebenarnya, baru aku sadari bahwa
- Buku fisik itu sungguhlah ngawur. Tidak mirip testnya sama sekali
- Simulation test sungguhlah manipulatif. Susah banget bikin soal, bos
NAH. Menurutku, yang paling mirip aslinya adalah buku Cambridge Practice for IELTS. Mirip banget. Plus, buku-buku ini sangatlah accessible. Tinggal search di google Cambridge Practice for IELTS pdf. Ada beberapa seri. Yang aku punya, latestnya adalah ke-18.
Banyak dan no tipu-tipu
Kata aku teh, abisin dulu aja kerjain soal-soal di buku ini, baru beralih ke sumber belajar lain.
Les dengan mentor juga sangat-sangat direkomendasikan, terutama untuk Writing dan Speaking. Terutama bangetnya untuk Speaking, karena wajib banget kamu praktekin langsung itu bahasa Enggres. Kalau punya teman belajar yang bisa konsisten bersama-sama, gak perlu lah les berbayar.
Buat Writing, mungkin sulit untuk dapet penilaian yang shahih. Tapi, aku banyak belajar dari mbak Asiya di youtube Fastrack IELTS. Setidaknya belajar dulu buat nulis yang bener, urusan nilai belakangan.
3. Menunda-nunda mendaftar test IELTS
Gara-gara untuk mental breakdance melihat hasil simulation test, aku jadi nunda-nunda terus sampai agak mepet. Gimana enggak? Harga testnya mahaaaaal. Kalo gak lulus gimanaaa?? Hangus doongg??
Padahal... manfaat daftar test IELTS itu banyak banget!!
Di British Council, kita dapat banyak banget materi preparation dan mock test. Yang paling oke adalah mock testnya. Ada 6 paket soal tiap section nya, dan mirippp sama aslinya. Yaiyalah, wong dia yang ngadain testnya.
Ada mock test, practice, tips, banyak deh~~
Nyesel banget daftar IELTS cuma H-1 bulan. Aku jadi gak sempet explore semua bahan belajarnya. Jadi plis, buang insecure mu dan daftar segeraaaa.
Ohiya, salah satu layanan yang disediakan British Council (dan lembaga tes lainnya) adalah One Skill Retake. Maksudnya adalah, misalnya kita gagal di 1 section, kita masih bisa retake section tersebut. Tentunya S & K Berlaku.
Sebenernya ini info yang umum, tapi aku bisa tahu mendalam ketika proses mendaftarkan diri untuk test. Lumayan banget untuk mengurangi insecurity. Takut hangus kan?? Noh dikasih kesempatan ngulang satu biji. Kurang lebih begitu.
4. Over-ekspektasi ketika Speaking
Ini mungkin penyesalan terkecil, tapi lumayan membekas. Selama ini aku belajar Speaking dengan adikku, yang menyebabkan aku selalu merasa didengarkan dan diperhatikan. Ternyata, examiner aslinya tidak sepeduli itu padamu wkwkwk.
Dia tidak terlihat peduli dengan pendapatmu. Jawabanku kepanjangan dikit, dia potong. Pertanyaannya random buanget, tidak nyambung antar pertanyaannya. Ya kayak robot aja.
Mungkin yang bisa aku sarankan adalah, sambil belajar speaking juga sambil latih untuk berbicara sesuai substansi aja. To the point. Jangan ala-ala curhat mulu. Ntar jadinya kayak aku, ditengah-tengah test malah kena mental karena merasa tak didengarkan.
Ohiya #2, di British Council, test Speaking-nya menggunakan video call di lokasi tes. Setauku, ada lembaga lain yang menyediakan Speaking langsung face-to-face. Tentunya experience-nya bakal beda banget. Ini bisa jadi pertimbangan kamu untuk memilih lembaga test.
---
Okeh! Itu aja sharing hari ini. Kalau kalian pengen bahas lebih lanjut tentang IELTS, pls let me know ya! Good luck all
Comments
Post a Comment
jangan lupa kasi komen yaa kakaaaa :3