2020
“ Apa yang kamu
harapkan di tahun depan? “
“ Aku ingin
imanku bertambah “
Di malam tahun
baru ini, aku tidak kemana-mana. Dua tahun baru di Jakarta aku habiskan di
ruang yang sama—ruang kosan. Kalau tahun
lalu, aksi itu benar-benar keluar darii niat yang paling dalam. Tapi tahun ini,
aku terpaksa berdiam di kamar karena cuaca menunjukkan hujan yang tidak ada
berhentinya. Malang nasibnya.
Klisenya : tidak
terasa satu tahun sudah berlalu. Tidak terasa, mbahmu. Anothe cliche : banyak
hal yang terjadi di 2019. Aku yang sekarang duduk di depan laptop sambil video
call dengan lelaki yang sedang bermain pokemon ini, juga merupakan hal yang
terjadi di 2019. Sekitar 40 menit lagi, jika kami masih dalam keadaan yang
sama, ini merupakan hal yang terjadi di tahun 2020.
Membahas potongan
pertanyaan di awal, semuanya bermula dari aku yang meratapi resolusi 2019 yang
menempel di lemari kamarku. Dari segi pencapaian, alhamdulillah, tercapai
semua. Kebetulan aku hanya punya 3 poin--mungkin karena itu. Dua dari tiga
resolusi terkait agama. Resolusi yang pertama, aku harus hapal juz 30 sampai
lancar-car-car. Resolusi yang kedua, karena sekarang aku sudah berpenghasilan,
aku ingin mencoba bayar qurban. Resolusi pertama aku lakukan dengan konsisten di 6
bulan pertama, dan targetnya tercapai. Begitu juga resolusi kedua, menabung
-> bayar. Sudah. Mungkin resolusinya kurang menantang, ya.
Tapi setelah aku
pikir-pikir, yang menantang bukan resolusinya. Tapi, pertanyaan ini :
“ Lalu, apa? “
Misal, aku sudah
hapal juz 30. Lalu, apa? Aku harus ulang lagi menghapal juz 30 atau lanjut juz
29? Tapi, apakah aku mampu? Atau, aku coba hal lain selain menghapal, mungkin
membaca tafsir atau belajar tahsin. Tapi, bagaimana caranya?
Apalagi dengan
qurban. Setelah qurban, lalu apa? Bayar yang lain? Atau apa?
Dan kalian tahu
apa jawabannya. Iya, i did nothing.
Kenapa aku bilang
resolusi pertama hanya konsisten 6 bulan pertama aku lakukan adalah karena
menurutku 6 bulan sudah cukup bagiku untuk (merasa) hapal dan lancar. Alasan
kedua : aku bosan. But, I did nothing about it. Semua hanya tinggal
pertimbangan-pertimbangan kosong. Lanjut juz 29? Ragu, dan tidak melakukan
apapun. Begitu juga opsi lainnya. Mereka cuma opsi yang tak bernyawa.
Get ready for
another cliche : yang sulit bukan mendapatkan, tapi mempertahankan
Aku tidak
melakukan apapun karena mempertahankan semangat itu terlalu menantang. Aku
kabur, aku mengerjakan hal lain. “ Ah, yang penting goal nya sudah tercapai “,
kilahku. Aku terlalu banyak alasan, seperti manusia lainnya.
“ Aku menang! Ini kemenangan pertamaku! “
Ujar dia yang
sedang main pokemon. Baru ini dia bermain dengan player lain, bukan bot.
Aku bertanya
: “ lalu, apa? “
Dia menjawab : “
menang di pertandingan berikutnya. “
---
Yah, mungkin yang
aku lakukan selama 2019 ini adalah k-a-b-u-r. Aku hanya menang di satu
pertandingan, lalu kabur dari pertandingan-pertandingan berikutnya. Seandainya hidup
ini adalah game yang memang tiap pertandingannya sudah ditentukan oleh pembuat
gamenya. Tapi, saat aku yang jadi master dari permainan hidupku, aku memilih
untuk tidak mengadakan pertandingan.
Kabuuur, ujarku.
Tidak bertanggung
jawab.
---
Oke, Faroh. Cukup
marah-marahnya. Silakan kalian minum tehnya dulu.
Jadi sekarang..
aku berpikir keras untuk resolusi 2020 ku. Ini aku sebagai master-of-my-life
menentukan pertandingan-pertandingan apa yang harus ku lakukan di tahun depan.
Belajar dari
resolusi kemarin, sepertinya aku harus membuat pertandingan-pertandingan yang
lebih membuat aku ingat bahwa aku sedang bertanding.
Dan ketika aku
menang, masih ada pertandingan berikutnya lagi. Berikutnya lagi. Berikutnya lagi.
---
Oke, sekian perenunganku
untuk malam ini. Semoga kalian bisa paham maksudku apa, hahaha.
Sebagai
intermezzo, aku tanya dia balik : “ Kalau kamu..apa yang kamu harapkan di tahun
depan? “
“ Sama
kamu. Itu aja. Hahaha. “
Aku tertawa. And my
deepest mind also ask : Lalu, apa?
Comments
Post a Comment
jangan lupa kasi komen yaa kakaaaa :3