Jangan Impulsif, Fani!


Nggak semuanya harus diturutin, kan?


Selama menjalani hidup sebagai seorang Fani, sesuatu hal yang aku notice adalah " aku-banyak-maunya". Aku mau makan enak, aku mau main danz base, aku mau beli sepatu, dan lain-lain. Setiap hari aku harus berhadapan dengan "aku-mau" generator ini dalam kepalaku. Orang-orang terdekatku juga paham banget kalo aku banyak maunya, hahaha. Dulu, pikiran-pikiran impulsif ini selalu diturutin....--

Wait-wait. Apa sih itu impulsif?


Simpelnya, impulsif itu adalah tindakan-tindakan yang tiba-tiba dan tidak dipertimbangkan terlebih dahulu konsekuensinya. Misalnya, ngga ada angin ngga ada hujan, tiba-tiba pengen makan gelato (aku banget). Tiba-tiba pengen ke kebun binatang (aku lagi). Tiba-tiba pengen main flying fox (dulu sih aku). Dll.

waktu itu tiba-tiba pengen ke kebun binatang

trus dicium ikan
Awalnya aku ngga masalah dengan sifat-sifat impulsif ini. Lagipula, ada yang nurutin kok. Aku tiba-tiba pengen ke suatu tempat, ada yang nganterin. Tiba-tiba pengen beli sesuatu, ada yang beliin (lho). Sampaiiiiii akhirnya aku harus ngurusin diriku sendiri, semua dengan uangku sendiri, duarr! Bingung.

Ketika awal masuk kerja, itu baru fresh banget tuh rasanya punya g-a-j-i. Beuh, rasanya kayak orang kaya banget! Aku bisa beli ini dan itu sepuasnya, nurutin ke-impulsif-an diri ini. Alhasil, spending ku gila-gilaan. Aku beli baju, beli make up, beli seeeegala macem hal yang sebenernya, ternyata, aku ngga mampu belinya. Bagiku harga "murah" dan "mahal" itu menjadi bias. Dulu, bagiku outfit 500ribu itu mahal banget. Sekarang, "yah memang segitu harganya".

Ya walaupun segitu harganya, bukan berarti aku harus beli, kan??


Belum lagi kalimat-kalimat " kan, emang udah kerja. Mungkin ini saatnya kamu ngerasain punya barang-barang mahal.". Aku belanjaaaaa mulu, ngga peduli itu bener-bener aku butuhkan atau engga. Belanja sampai ke barang yang nominalnya termasuk "yang-paling-mahal-seumur-hidup". Temen-temen lamaku bingung, kenapa aku jadi seperti ini? Bukannya dulu aku adalah orang yang ngga terlalu suka belanja?

Sampai akhirnya, lubang-lubang yang aku ciptakan itu membentuk suatu lubang yang guede buanget. Tabunganku mulai terkuras untuk membiayain hidup sehari-hari, karena aku harus bayar cicilan dan lain-lain. Aku down, kecewa banget. Aku bahkan ngga berani nge-rekap semua pengeluaranku karena udah bablas semuanya, karena kesalahanku yang ngga bisa mengontrol diri.

Belum terlambat untuk berubah. Kesalahan-kesalahanku di masa lampau tadi, mulai aku stop satu per satu. Ketika aku pengen sesuatu, biasanya aku langsung cari cara untuk mewujudkannya. Sekarang, aku langsung stop diriku buat cari cara, dan keluarkan pertanyaan pertama " butuh banget ngga sih --sebutkan tingkah impulsif-- sekarang? "

" butuh banget ngga sih beli sepatu sekarang? "

" butuh banget ngga sih makan sushi sekarang? "

" butuh banget ngga sih main ke mall sekarang? "

Nah, pertanyaan kayak gitu bakal nge-rem tindakan-tindakanku. Aku juga dibantu orang-orang tersayang. Biasanya aku bakal izin dulu ke beliau, " aku boleh beli baju ngga? ", " aku boleh beli tiket buat nonton konser ini? ". Nah, ntar dia yang bilang " itu kemahalan sayang ", " bajumu udah ngga ada lagi? ", dll. Ini yang ampuh banget HAHAHA. Karena kalo aku tetep beli, aku pasti malu karena terbukti kan, aku ngga bisa ngontrol diri sendiri? Huhuhu.

Untuk saat ini sebenernya masih banyak kesalahan di masa lampau yang belum tertutupi. Aku masih punya banyak hutang ke tabunganku. Tapi, yasudahlah. Yang lalu biarlah berlalu. Aku memberlakukan amnesti keuangan ke diriku sendiri, hahaha. Yang penting, saat ini semua lebih terkendalikan. Ngga ada lagi kesalahan di masa lampau. Oke? Oke?

Nah, buat kalian yang juga dealing with impulsive thoughts kayak tadi, beberapa tips yang bisa aku kasi :
1. Setiap ada pertanyaan impulsif, langsung switch pemikiran untuk mewujudkannya jadi mempertanyakannya, beneran butuh ngga sih? Beneran seperti itu, ngga sih?

2. Minta tolong orang-orang terdekat untuk mempertimbangkan, apakah pemikiran kamu itu cuma pemikiran impulsif aja atau memang perlu dipikirkan?

3. Buat perencanaan! Misal, memang lagi butuh belanja. Cukup rencanakan belanja hal-hal yang perlu, jadi kamu ngga usah belanja hal-hal lain. Buat rencana rutinitas, jadi ngga diganggu dengan agenda tiba-tiba yang muncul.

4. Maafkan dan hargai diri kamu sendiri. Ketika berhasil ngga ngikutin pemikiran impulsif, apresiasi diri kamu. " Wah, ternyata aku bisa. ". Ini bisa membangun motivasi untuk berubah.

Sekian ceritaku hari ini. Semoga bermanfaat, ya. See you on the next post!

Comments

Popular posts from this blog

music is in you, isn't it?

Interpretasi puisi : Aku Ingin, karya Sapardi Djoko Damono

Ibu yang Tidak Ideal