What Can You Do In One Month

Satu bulan. Singkat atau lama?

Satuan yang menunjukkan rentang waktu sekitar 28-31 hari. Insyaallah anak SD juga udah tau itu, karena denger-denger untuk masuk SD aja syaratnya udah harus bisa baca. Kasihan mereka.

Bukan. Aku bukan mau cerita itu.

 Image result for buku persiapan masuk tk



*you can jump to conclusion by reading the summary at the bottom of this page

Awalnya aku ngga pernah concern dengan satuan waktu yang satu ini. Ketika kuliah, satu bulan itu cepet banget. Bahkan satu semester aja kerasa cepet. Apalagi kalo udah ngevent, beh. Satu bulan rasa satu minggu. Gedubrak gedebuk ngurusin segala macem, ga bakal sempet dalam sebulan. H-sebulan tuh pokoknya harus udah fix ini dan itu. Sama halnya kayak pas SMA. Apa banget sih yang bakal terjadi dalam sebulan? Sebulan isinya cuma ulangan harian dari mata pelajaran yang saling bergantian. Singkat banget deh. 

Tapi ternyata enggak bagi Mandiri, institusi tempatku bekerja. Kayaknya bagi Mandiri, satu bulan itu 3 semester kali ya. Di Mandiri, 1 bulan kamu bisa ngelakuin buanyak hal. Waktu yang singkat itu rasanya powerful banget disini. Dalam satu bulan, Mandiri bisa ngerekrut puluhan sampai ratusan orang, menjadikan mereka sebagai bankir, sebagai orang IT, sebagai orang manajemen resiko, dan sosok-sosok mentereng lainnya. Kurang lebih 2 bulan disini, aku sudah 2 kali pindah kos, menempati 2 kota di DKI Jakarta, merasakan menginap di 2 hotel berbintang, dan sudah berperan sebagai anak sekolahan dan pegawai kantoran. What can you do in one month with Mandiri? Almost everything. All hail Mandiri.

Sekarang pertanyaannya, bagaimana aku menjalaninya?

Ternyata tidak semudah itu, Ferguso. Eh, udah ga viral lagi ya?

Satu bulan di Mandiri menyadarkanku bahwa aku stupid banget masalah adaptasi. Aku tahu aku emang kurang dinamis, tapi aku ngga nyangka aku se-"stupid" itu. Aku jadi sadar kenapa aku selalu ditolak Startup, yang mana kalo kerja di Startup yang jelas bakal lebih fast forward dibanding BUMN. Padahal aku sudah ngomong ya ke inverviewer-nya ketika aku final interview, bahwa aku orangnya sangat terstruktur dan sulit menghadapi perubahan yang spontan. Tapi kok yoo diterima juga gitu. Kan namanya menguji saya yha. Benar aja, walaupun dari luar terlihat haha hihi, deep inside aku bingung ngga karuan. 

1. Pertama kali tinggal di Jakarta
2. Pertama kali belajar perbankan
3. Pertama kali belajar make up (iya, ada kelasnya)
4. Pertama kali ....

Ah banyak deh hal baru yang harus aku terbiasa dengannya. Dua bulan disini berakhir sama, ketika aku sudah mulai terasa " ah, okay. I think I can survive ", kemudian jeng jengg, keadaan berubah lagi. Kemas-kemas, pindah kos lagi. Pindah tata kehidupan. And I need to start again from the very beginning. Bingung bingung bahagya.

Sebenernya apa sih yang bikin sulit? Menurutku, hal utama yang paling sulit adalah bersosial. Sebagai seorang extrovert, keadaan sulit bersosial itu mengganggu banget. Ketakutan atas tidak diterimanya diri yang banyak cacatnya ini nyata adanya. Dan "make friends" itu butuh effort, butuh skill menghilangkan kecanggungan, basa basi, nyambungin obrolan dan lain-lain. Make friends itu adalah proses seleksi, "oh aku bisa ngobrol sama yang ini", " oh kayaknya yang ini ngga suka sama aku ", dll. I don't know if you feel this or not, but I do. 

Dan bener aja, ketika udah mulai beradaptasi, aku diminta berganti situasi. Seperti yang aku alami, setelah 1 bulan belajar di kelas, kegiatan berikutnya adalah 1 bulan belajar di kantor cabang yang disebut sebagai On The Job Training (OJT). Yasudah. Yang tadinya aku sudah adaptasi, aku diminta adaptasi lagi di situasi yang bener-bener baru. Mulai lagi seleksi. Siapa yang bisa ngajarin aku, apa yang boleh dan tidak boleh aku lakukan, dll. Setelah 1 bulan di cabang, balik lagi 1 bulan ke kelas. Untungnya orang-orangnya sama dengan kelas sebelumnya. Next? 1 bulan lagi di kelas yang berbeda. Siapkan tenagamu, Faroh.

..When things is about going to settle..?

Ketika udah diem, tenaga abis karena effort untuk beradaptasi, aku sering membatin kalimat diatas. Pengen semua segera settle, hal hal yang menggantung sudah berakhir dengan kepastian, jalani dengan rutin dan biasa saja.  Terdengar boring, ya? Iya sih, aku juga mikir begitu. Bahkan terdengar impossible juga, kalau dipikir-pikir. Oleh karena itu aku sering mengalihkan pemikiran tersebut dengan terus bersyukur dengan apa yang sedang aku jalani. Yah, sekalian latihan karena ngga mungkin hidup tanpa perubahan. Yang paling pasti terjadi adalah perubahan, and I can't stop that. Aku ngga bisa kabur terus, ketakutan dan kebingungan kesana kemari. Palingan ntar ketika sudah benar-benar bekerja (karena sekarang masih training), hidup juga tidak akan se-settle itu kok. Pasti bakal banyak banget perubahan-perubahan yang aku harus beradaptasi diatasnya. Begitu kan gaes?

Image result for constant change

Palingan untuk mengantisipasi stress yang mengancam, aku mengurangi  kemungkinan perubahan-perubahan yang sekiranya akan terjadi. Misal, mengurangi pindah kosan. Aku langsung nyari kosan yang harapannya bisa strategis, sehingga aku ngga usah pindah-pindah lagi meskipun berganti program pelatihan. Aku juga tetap mempertahankan rutinitas yang sudah berjalan, kayak jam tidur, mandi dll.

Image result for sebuah seni untuk bersikap bodo amat 
Ku juga sedang baca buku ini biar belajar untuk tidak memusingkan hal-hal yang ngga penting so it can be easier to adjust ketika beradaptasi. So far it helps me much, very recommended book.

Sedikit untuk menutup tulisan ini, aku juga baru sadar bahwa satu bulan bisa menjadi sebuah parameter. Aku menilai bahwa jika satu bulan sudah terlewat, aku sudah berhasil 'beradaptasi tahap 1'.  Jika dalam 1 bulan aku merasa ngga ada titik terang, besar kemungkinan it means that I'm not belong here. Sama kayak beberapa tahun lalu magang di perusahaan big data selama 1 bulan, aku udah bisa ngomong " Aku nggak mau kerja di Big Data ". Jadi kalo misalnya kalian PDKT udah 1 bulan lewat ngga ada progres, udah tinggalin aja. Hayo kok bisa sampe sana.

Sekian tulisanku hari ini. Semoga bisa mengambil manfaat yakk. Here I give you a bit summary :

Adaptasi butuh usaha, jadi mungkin sedikit melelahkan. Hal yang bisa dilakukan untuk mempermudahnya :
1. Sadar bahwa perubahan pasti akan terus ada
2. Bersyukur
3. Sebisanya kurangi hal-hal yang bisa berubah
4. Seleksi hal-hal yang penting, pedulikan yang penting-penting saja

Thanks for reading!


Source :
https://www.tokopedia.com/funtaztic/9999-diterima-masuk-tk-favorit-buku-anak
https://www.gramedia.com/products/sebuah-seni-untuk-bersikap-bodo-amat
https://www.lifehack.org/articles/productivity/the-only-thing-constant-change.html

Comments

Popular posts from this blog

music is in you, isn't it?

Interpretasi puisi : Aku Ingin, karya Sapardi Djoko Damono

Ibu yang Tidak Ideal