Memulai doang? Kelarin engga?

Tanggung jawab, mas!



Hayo itu apa maksudnya.



Haloh haloh! Selamat datang di kehidupanku. Wacana nulis udah kayak berabad-abad yang lalu sepertinya. Akhirnya ada waktu yang dipaksakan tepat untuk duduk diam, menyesap coklat panas dan mencoba berbicara dengan anda anda sekalian. Sebenarnya aku udah ada banyak tulisan yang minta diluncurkan, apa daya saya kok nggak pede ya? Kalian suka hal-hal yang eksplisit atau personal ngga sih? Seneng bicarain hal yang sensitif? Haduh, takut tubir. Please tell me more what do you want to read. Biar bisa ada motivasi buat rutin nulis ahahaha.

menebar wacana

Jadi, hari ini mau bicarain apa?

Sedikit cerita, sekitar sebulan terakhir aku baru saja mendapatkan suatu lingkungan bar...

--
 Sumpah yah, susah banget nulis setelah sekian lama engga.  Daritadi yang kulakukan adalah mencari pelarian dengan mainan HP dan makan karena susah banget nyari kata-kata yang enak. Yaudah kita coba lagi ya :" Fokus Fani, fokus :"

*ketik* *hapus* *ketik*
--

 Pernah nggak sih kalian ngerasa sudah berlebihan akan sesuatu? " I think it's too much. Stop it right there. ", begitu kata hati kalian yang mengeluarkan judgement tentang situasi yang sedang kalian jalani. Tapi, pertanyaan baru pun muncul. Do we really need to stop?

Singkat cerita, sekitar sebulan terakhir aku baru saja kecebur di suatu lingkungan baru dalam rangka untuk mendapatkan penghasilan. Alhamdulillah, doa di post yang ini bisa terkabul dengan khidmat, mengantarkanku di sebuah kehidupan baru di Kemang, Jakarta Selatan (dan masih akan pindah kesana kemari). Banyak hal yang terjadi disini. Adaptasi, adaptasi dan adaptasi. Sempat ada beberapa masalah yang bikin aku nggak bisa tidur, sedih lagi karena nggak bisa sembuh, dan lain-lain. Tentu saja semua terlewat begitu saja seiring berjalannya waktu.

Kembali ke topik tulisan. Nah, disini aku bertemu banyak teman baru yang menyenangkan dan lucu-lucu. Entah kenapa, pemikiran seperti tadi muncul ketika aku sedang ngobrol santai dengan seorang teman. Pembicaraan kami tidak ada hubungannya dengan topik ini, namun ditengah obrolan aku merasa perlu berhenti. Kenapa? Aku juga nggak tahu. Aku hanya merasa "too much" akan apa yang aku obrolkan, entah terlalu terbawa suasana, terlalu larut dalam tawa, atau lainnya. Padahal, ya, sebenarnya engga ada masalah.

Aku pun melemparkan pikiranku lebih jauh lagi. Sebenarnya kapan sih kita perlu berhenti akan sesuatu? Sadar ngga sih, sebagian besar kata-kata motivasi dari orang-orang ternama memaksa kita untuk "memulai". Slogan " just freakin start!", " mulai aja dulu ", tentu nggak asing kita dengar. Kita selalu dimarahi karena suka membuat excuse dari aksi memulai sesuatu. Oleh karena itu, kita harus memulai. Mulai belajar. Mulai jualan. Mulai kerja. Mulai bersih-bersih.

Memulai doang? Kelarin engga?

Esensi dari " Selesai "
Sebenarnya nggak ada yang salah dari aksi "memulai". Itu perlu, perlu banget malah. Kita nggak mungkin berhenti melakukan sesuatu kalau kita tidak 'memulainya' terlebih dahulu. Oke, sekarang udah mulai nih. Lalu apa?

Disinilah esensi dari kata "selesai" itu mulai terlihat. Karena tentu aja kan, kita nggak mau hidup di dunia ini hanya melakukan satu hal aja? Misalnya ketika kita mandi, kita kelarin sikat gigi dulu lalu berlanjut ke cuci muka. Kelarin cuci muka, lanjut ke bersihin badan. Iya, hidup itu cuma sebatas memulai sesuatu -> mengakhirinya -> memulai yang lain lagi. Bosenin banget nggak sih? 

Ya tentu aja yang lebih ngebosenin adalah kalau kita nggak pernah 'selesai' akan sesuatu. Bayangin kita ngelakuin suatu hal yang ituuuu aja ngga ada perubahan, ngga ada ujung. Jalan terus, engga berhenti-berhenti. Apa coba yang bakal dirasain? Bosen? Capek? 


udah disitu-situ doang, tersiksa pula. hadeh.
This is why we need to know our stopping line, menurutku. Karena banyak banget hal yang harus dilakukan. Ketika kita nggak kelar-kelar, kemungkinan besar ada yang salah. Kenapa stuck di situasi yang sama dalam waktu yang lama? Apakah situasi tersebut terlalu menyenangkan/menyedihkan? Apakah situasi tersebut tidak bisa diselesaikan?

 Harus selesai?
Engga, engga. Tulisan ini nggak meminta kalian untuk kelarin semua yang kalian lakukan sekarang. Emangnya semua hal harus bener-bener selesai? Engga dong! Engga se-simple itu. Tentu saja ada yang kita lakukan secara kontinyu dan dalam jangka waktu yang panjang. Aku membagi 'selesai' menjadi dua, yaitu 'Selesai yang akan dilanjutkan nanti' dan 'Selesai yang benar-benar selesai'. Dari namanya aja udah keliatan kan perbedaannya. Untuk hal yang benar-benar selesai...inilah saat dimana kita harus move on! Lanjut ke hal lain berikutnya, memulai sesuatu yang baru. Beda dengan opsi yang satunya, yang kamu masih perlu untuk berada di situasi tersebut dalam waktu berbeda. Beberapa yang harus di highlight ketika menyelesaikan hal yang masih perlu dilanjutkan adalah, kita harus 'naik level' dong. Misalnya ketika ngerjain skripsi, ya udah selesai bab 1, tapi masih harus dilanjutin kan. Nah, tentu aja ketika kita lanjut mengerjakan lagi, kita udah bukan mengerjakan bab 1 lagi, tetapi sudah upgrade ke bab 2. Jadi sebenarnya selesai untuk memulai hal yang baru juga, tetapi masih dalam scope yang sama. Get it?

 Kapan selesai?
Sampai sini harapannya kamu sudah tahu pentingnya untuk mempertimbangkan terkait menyelesaikan sesuatu. Tapi, kapan? Kapan sesuatu harus selesai? Jangan sampai apa yang aku tulis ini membuat kamu punya alasan untuk 'selesai' begitu saja dengan apa yang kamu lakukan. Selesai aja dah, kabur, menyerah, dll. Ya, ini aku banget ahahaha. Aku sering menyebut diriku sebagai "tukang kabur". Karena kerjaannya kabuuur mulu. Ngga sabaran dalam menghadapi sesuatu, pengen semua serba cepat selesai aja. Pokoknya selesai. Makanya aku bisa panjang lebar menceritakan tentang 'selesai', karena aku sangat akrab dalam nge-cut berbagai hal wkwk :" Jangan ditiru yah.

Tentu aja ketika kita memutuskan untuk 'selesai' dari sesuatu, kita harus mempertimbangkan banyak hal. 'Selesai' harus hati-hati. Karena : 
1. Memulai itu sulit. Memulai sesuatu hal baru itu mengeluarkan effort yang lebih besar daripada menjalankan yang sudah ada. Inilah sebabnya orang malas untuk 'selesai', dan sebab mengapa lebih butuh dorongan untuk memulai. Jangan sampai kita menyia-nyiakan tenaga karena gegabah dalam memutuskan untuk 'selesai'.
2. Selesai adalah tanggung jawab. Pernah dengar quote " you have to finish what you started? ". Iya, karena bagaimanapun juga, kita harus menuntaskan yang sudah kita mulai. Waktu yang menjadi pengorbanannya. Semakin lama kita tidak menyelesaikan sesuatu, tentu semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk situasi tersebut. Jangan sampai kita gagal untuk selesai dan menyia-nyiakan waktu, karena itu sama saja tidak melaksanakan tanggung jawab dari apa yang telah kita mulai.


Rugi waktu, rugi tenaga. Besar konsekuensinya ketika kita salah dalam memutuskan untuk 'Selesai'. Itu hanya sebagian kecil dari kerugiannya, masih ada kemungkinan untuk rugi harga diri, rugi materi, dan lain-lain. Inilah kenapa kita harus 'selesai' dengan tepat. 

Cara paling gampang untuk tahu kita udah selesai dengan tepat adalah dengan menetapkan target. Target tercapai = done. Se-simple itu. Yang akan jadi sulit adalah ketika target belum tercapai, tapi diperjalanan terasa banyak hal yang mengganjal. Kerasanya kayak "things not right" gitu. Yang begini, nih, yang perlu dipertanyakan. Apakah perjuangan kamu worth it? Apakah perlu 'selesai' meski target belum tercapai? Wah, kalau kasus seperti ini bakal banyak yang harus diperhitungkan, tergantung situasinya seperti apa.

Idup kok njelimet amat ya. Ahahahaha.

Yang jelas...
...jangan sampai pentingnya 'selesai' bikin kamu punya excuse buat lepas tangan dari apa yang menjadi tanggung jawabmu. 'Selesai' - lah dengan bijak, gaes. Kalau aku boleh meringkas apa yang ku tulis, kurang lebih seperti ini :
1. Pastikan sudah memulai. Ya iya lah :(

2. Bisa benar-benar selesai? Atau harus dilanjutkan lagi berikutnya?

3. Worth it or not? Tenaga dan waktu itu mahal, pak. 

4. Bukan untuk kabur! Mari 'selesai' dengan bijaque.

5. Jangan lupa memulai kembali hal lain jika sesuatu sudah selesai.

Okay!  Sekian ke-sotoy-an ku hari ini :" akhirnya bisa menghasilkan tulisan lagi walaupun godaan buat jadiin ini sebagai draft belaka sangat besar :" Kalau ada yang mau baca-baca lagi tentang menyelesaikan sesuatu, bisa baca-baca di sini. Makasih sudah baca! Semoga bermanfaat. Selamat hari Minggu, folks <3

Sumber :
https://gifrific.com/mike-wazowski-running-on-a-treadmill/
https://giphy.com/gifs/workaholics-season-4-episode-l1IY2H7R7EXaAphEk
 

Popular posts from this blog

music is in you, isn't it?

Interpretasi puisi : Aku Ingin, karya Sapardi Djoko Damono

Ibu yang Tidak Ideal