Catatan Sepuluh Hari Terakhir

Aku tidak akan bercerita tentang pengalaman yang ku alami,
Apa yang terjadi
Atau bagaimana bisa semua terasa.
Aku hanya ingin memberitahu


KKN. Kuliah kerja nyata. Bagiku, kuliah kehidupan nyata.


Tim KKN-PPM UGM 2017 SMB-01
Kec. Baso, Kab. Agam, Sumatera Barat


Disini, semua terasa aneh. Garisbawahi bahwa aneh bisa bermakna baik maupun buruk. Ada suatu waktu dimana semua terasa indah dan tidak ingin mengakhirinya, namun sesekali menjadi suatu masa yang terasa bagai penjara yang aku ingin kabur darinya.



“ Kabur “. Itu adalah kata yang sering muncul di kepalaku. Tidak hanya ketika KKN, tenang saja. Tetapi sehari-hari kehidupanku. Aku sering berkata ke diriku sendiri, “ aku ingin kabur. “. Di kampus/di kost, gampang sekali bagiku untuk ‘kabur’. Aku benci akan sesuatu, aku ambil kunci motor, lalu aku pergi. Aku berjalan cepat, entah kemana, tanpa sepengetahuan siapa-siapa. Terasa sangat mudah untuk mengekspresikan ketidaksukaan akan suatu situasi tanpa diketahui orang lain. ‘Kabur’ sebenarnya adalah kegiatan favoritku. Aku menyadari betapa pengecutnya itu, tapi itulah yang kurasakan.

Namun, inilah yang menjadi alasan dari istilah ‘Kuliah Kehidupan Nyata’. Di KKN, aku tidak bisa kabur. Meski aku sudah KKN di daerah dekat tempat tinggalku, tanpa kendaraan, sanak saudara, sahabat sepenanggungan, tak ada pengaruhnya. Aku tetap terdampar. I have no power here. Tidak ada cara kabur. Terakhir aku mencoba kabur ke sawah, ponselku tercebur di lumpur dan kini ia penuh dengan ghost touch yang menyebalkan. Aku mati menumpuk hasrat ke-kabur-an ku.

Sebentar, ku rasa ada yang akan bertanya, “ mengapa aku ingin kabur? “

Kembali ke pernyataanku sebelumnya, semua terasa aneh. Beberapa waktu aku tak sanggup menahan keanehan tersebut. Sebelum KKN, kakak-kakak tingkatku seringkali menambahkan suatu pernyataan ketika bercerita tentang bagaimana pengalaman KKN mereka seperti ini : “ di KKN, sifat aslimu bakal kelihatan. “. Awalnya ku anggap enteng kata-kata tersebut. Sampai akhirnya hal tersebut ternyata memang luar biasa terjadi ketika KKN. Wow, luar biasa. Aib-aibmu secara lahiriah seperti bagaimana kamu tidur, kentut, makan, mandi, sampai secara batiniah bagaimana kamu menyikapi sesuatu, mengelola pekerjaan dan lain sebagainya, terpampang bak tabir yang sekejap dibuka. Orang yang sudah kamu kenal bagai orang yang tak pernah kamu kenal sebelumnya. Orang yang awalnya tidak kamu kenal, tiba-tiba kamu menjadi orang yang paling paham dengan apa yang terjadi pada dirinya. Orang-orang mengenali kamu secara tiba-tiba, tidak tahu-menahu tentang apa yang pernah terjadi padamu. Entahlah dengan bagaimana kamu dibesarkan, trauma apa yang pernah kamu rasakan, kelainan atau kebiasaan apa yang ada di dirimu sejak balita. Itu...mengerikan.

Aku mungkin bilang aku belum siap. Bahkan, di sepuluh hari terakhir ini, bisa jadi aku belum siap menghadapinya sedemikian rupa. Seribu penilaian, pendapat, penyelesaian, tersirat maupun tersurat, segalanya disuntikkan ke diriku. Aku tak tahu apa itu baik atau buruk, namun jarumnya sakit. Di situasi ini, satu sama lain saling menyuntik, dengan vaksin dan vitamin yang tidak jelas asal-usulnya. Segala upaya menyembunyikan banyak hal terasa sia-sia. Bahkan aku sudah pernah ‘kumat’ di pondokan yang baru ku tinggali puluhan hari ini (mungkin teman-teman terdekat sudah tahu apa ‘kumat’ yang ku maksud). Laiknya murid SD yang kedatangan ibu-ibu Puskesmas, rasanya aku ingin berlari keluar kelas, menangis jejeritan.

Mungkin begitulah kehidupan yang seharusnya.

Aku tidak bisa ‘kabur’ begitu saja dari kehidupan secara keseluruhan. Bunuh diri, kalau berani. Tentu saja hal tersebut bukan pilihan, selain karena dilarang Tuhan juga hal tersebut hanya akan mengundang tawa bagi sekitar. Di KKN ini aku belajar suangat keras untuk menelan hasrat kaburku bulat-bulat. Persetan bagaimana caranya, aku dan orang lain tidak akan peduli. Lakukan cara untuk menyelamatkan hidupmu masing-masing. Pegang erat prinsip dan orientasi. Orientasi spiritual masih jadi favoritku. Percaya bahwa bagaimanapun engkau masih berada dalam lindunganNya kerap kali membantu. Ajang KKN memang sebuah kuliah dengan tak hingga SKS yang menjadi simulasi kecil kehidupan yang akan datang. Jujur, aku banyak belajar. Tidak hanya tentang hal yang aku beritahu ini, tetapi banyak lagi. Kapan-kapan ku beritahu lagi yang lainnya.

Terlepas dari yang ku tulis, sisanya menyenangkan. Aku menikmati setiap detiknya, bahkan apa yang bergejolak ketika menulis ini semua. Tinggal sepuluh hari masa belajarku. Keluarga yang hangat, teman-teman yang baik, masyarakat yang cerdas dan kampuang nan dakek di mato..semua terasa indah. Singkat cerita, jangan tertipu dengan semua yang kutulis. Kalian tidak tahu dengan bagaimana keadaan pondokanku saat aku menulis ini, suara apa yang kudengar, atau siapa yang baru saja masuk ke dalam kamar. Untuk yang sedang KKN, nikmati hingga tetes terakhir. Untuk yang belum KKN, jangan jadikan tulisan ini sebagai referensi. Tanya orang lain, akan kujamin cerita mereka akan berbeda.

Akhir kata, semoga kita banyak belajar (yang bermanfaat).


Dibawah pengaruh degupan jantung oleh Luwak White Coffee
Nagari Tabek Panjang, 25 Juli 2017

Wanita-wanita teman hidupku disini
Akan merindukan hidup bersama kalian sebelum akhirnya kembali menjalang (+ melajang) di perantauan

Comments

Popular posts from this blog

music is in you, isn't it?

Interpretasi puisi : Aku Ingin, karya Sapardi Djoko Damono

Ibu yang Tidak Ideal