Kacamata

pic source

aku ingat sekali, waktu itu hari pertama aku berkumpul dengan kelompok ospek fakultasku, atau lebih dikenal dengan istilah "Unit". di hari pertama itu, kami semua sekitar 30 orang duduk melingkar, diminta untuk memperkenalkan diri masing-masing. kami diminta untuk menyebutkan nama, jurusan, asal, dan yang paling menarik, kami diminta untuk memikirkan satu benda yang mendeskripsikan diri kami secara keseluruhan.

saat itu, aku menjawab aku adalah sebuah kacamata. karena aku akan membantu orang dengan segala kekurangan dan pandangan tidak jelas yang mereka miliki, tanpa berusaha mengobatinya.

kali ini analogi 'kacamata' yang aku ciptakan sendiri itu menghantuiku. mungkin itu memang benar. aku sendiri adalah pengguna kacamata. se-sering dan se-lama aku menggunakan kacamata, mataku tidak akan sembuh. saat aku melepas kacamataku, semuanya blurry. dengan kacamata lah aku bisa merasa lengkap, normal, seperti orang-orang lain yang bisa melihat dengan jelas. kacamata hanya membantuku, namun tidak mengobatiku.

namun ada kalanya, aku melepas kacamataku. secara teoritis, melihat melalui kacamata itu melelahkan. entahlah dengan pergerakan otot siliaris atau apa yang membuat demikian. ada kalanya aku biarkan aku melihat dengan tidak jelas. aku biarkan mataku menyipit saja saat ingin melihat sesuatu. aku menikmati kekurangan itu. aku hanya ingin...untuk tidak dibantu.

mungkin itu yang terjadi. se-ingin-ingin apapun sebuah kacamata membantu penggunanya yang melihat dengan tidak jelas, tetap saja, saat penggunanya tidak ingin menggunakannya, ia tidak bisa melakukan apa-apa. mengutip dari puisi Kurniawan Gunadi yang berkata  " Ada kalanya kita ingin dibiarkan, tidak ditanyai, bahkan tidak perlu dipedulikan. Kita hanya ingin demikian meski tanpa alasan. "


ya, ada kalanya demikian. ingin dibiarkan, tidak ditanyai, bahkan tidak perlu dipedulikan. aku sendiri pernah mengalami menjadi sebuah 'kacamata' maupun seorang 'pengguna'. saat menjadi seorang 'pengguna', 'kacamata' ku terus mempedulikanku dan menawarkan bantuannya. aku menepisnya. aku bahkan merasa sangat jahat saat aku meminta 'kacamata'ku untuk pergi. aku tahu betapa besar niatnya untuk membantuku, dan betapa bertanya-tanyanya ia melihatku yang seperti itu. tapi, aku hanya ingin sendiri. mengatasi kelelahanku dan segala kekuranganku dalam kesendirian. aku hanya ingin seperti itu, meski tanpa alasan.


saat menjadi seorang 'kacamata', memang benar. aku kalut dengan segala keinginanku untuk membantu 'pengguna'ku. aku benar-benar sangat ingin membantunya. aku merasa sedih, aku merasa aku mampu namun tak berguna. mampu untuk membantunya, namun semuanya percuma. tidak ada gunanya aku membantu seseorang yang tak ingin dibantu. aku ditepis. aku merasa tak berguna. aku tak bisa melakukan apa-apa. namun memang harus ku mengerti. memaksa 'pengguna'ku untuk terus menggunakanku, malah membuatnya semakin terbebani. sederhananya karena ia melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan. sebagai 'kacamata' yang tidak terpakai, aku hanya bisa menunggu. menunggu 'pengguna'ku membutuhkanku lagi.

saat ini, aku adalah sebuah 'kacamata'.

mungkin 'pengguna'ku bisa saja merasa tidak membutuhkan 'kacamata' lagi, belum lagi apabila ia menemukan 'kontak lensa' atau memiliki uang banyak untuk melakukan operasi lasik (?). lagi-lagi, aku hanya bisa menunggu. sejuta pertanyaan yang kumiliki, aku simpan sendiri. menyiksa sekali memang, tapi, yasudahlah. tugasku hanya membantu. digunakan atau tidak, semua terserah 'pengguna'ku. aku hanya bisa menjanjikan kalau aku selalu ada. di kondisi apapun. di kekurangan yang bagaimanapun.

semoga semua akan baik-baik saja. amin.

Comments

Popular posts from this blog

music is in you, isn't it?

Interpretasi puisi : Aku Ingin, karya Sapardi Djoko Damono

Ibu yang Tidak Ideal