Tentang Kesempatan Kedua

Hai, selamat malam atau selamat kapanpun kalian sedang membaca laman ini. Dari lubuk hati yang paling, paling, dalam..aku sebenernya pengen nge post kalo emang blog ini udah tersertifikasi alias desainnya dirombak total. Desain yang sekarang is soooo yesterday, kalo kata paris hilton. Tapi karena hasrat menulis yang tak terbendung sekaligus sudah cukup rasanya untuk menumpuk draft...kali ini aku mengalah. Aku sendiri masih menunggu waktu yang tepat (dan banyak) (dan luang) untuk nge desain..huft

Kalo ngebahas desain kayaknya Cuma bikin self-blaming ku semakin parah, lebih baik aku ngebahas sesuatu yang lebih in akhir akhir ini. Nggak in juga sih, lebih ke sesuatu yang aku sangat-sangat suka sekarang yaitu albumnya NOAH yang baru, Second Chance. 



Yak, benda itu keren sekali sobat. Aku berniat beli albumnya, tapi karena ngebeli album itu biasanya Cuma wacana, aku udah nge download albumnya. Bukan maksudku mendukung pembajakan tapi..maaf, Riel.

Jadi gimana review albumnya? Keren, as usual. Walaupun album favorit aku dari Ariel dan kawan kawan ini tetep Alexandria, but still album Second Chance asyique sekali. karena apa? karenaaaa..di album yang berisi 12 lagu ini, lagu baru nya Cuma tiga. Awalnya, ini bikin aku agak kecewa. I’m craving for Ariel’s composition for sure. Apalagi dari tiga lagu baru itu, Cuma satu lagu yang liriknya ditulis oleh ariel. Sisanya ditulis oleh mbak Dewi dee Lestari di Lagu Seperti Kemarin sama Giring Nidji di lagu Hero. Jadi, 9 lagu lagi itu lagu apa? yak, 9 lagu lagi itu adalah lagu-lagu lama Peterpan yang di rekam ulang (aku suka banget sama istilah “rekam ulang” yang disebut Ariel, bukan “aransemen ulang” or else. Tanya kenapa). Sempat terpikir lagu-lagu lama yang direkam ulang itu ngebosenin, ya sebagaimana yg kita tahu Peterpan juga ngelakuin hal yang sama di album Alexandria. Tapi ternyata, because Peterpan’s songs is a kind of eternity, aransemen-aransemen barunya itu tetep apik tenan. Rasanya fresh banget, ngedenger lagu lama mereka tapi dalam versi baru dan kualitas musik yang bagus. Yagimana, coba denger lagi “Ada Apa Denganmu”, seneng sih tapi kualitas mp3 nya itu loh. Yang kebayang Cuma rambut alaynya Ariel tahun 2004. Jadi...satisfied enough with this new album!

Hal kedua yang bikin album ini menarik adalah konsep yang mereka pakai. “Second Chance”, kesempatan kedua. Berpegang dengan kalimat “semua berhak mendapatkan kesempatan kedua”, lagu-lagu lama Peterpan seakan-akan mendapat ‘kesempatan kedua’ untuk kembali diluncurkan dan disukai. Hasilnya memang bagus banget. Tapi, ada satu hal yang paling aku perhatiin dari sebuah ‘Kesempatan Kedua’.

Memang semua orang berhak mendapatkan kesempatan kedua,
Tetapi mustahil kesempatan kedua akan sama berharganya dengan kesempatan pertama.

Jujur, dikesempatan kedua ini, lagu-lagu Peterpan jadi lebih bagus dari rekaman sebelumnya. Tetapi, aku nggak yakin kalo lagu-lagu ini akan sejaya masa lalunya. Lagu yang dulu nge hits banget dan di rekam ulang di album baru misalnya “Langit Tak Mendengar” atau “Tak Bisakah”. Aku yakin semua orang hapal lagu itu. tapi aku nggak yakin orang-orang yang hapal lagu itu, pernah denger versi baru lagu itu yang sebenernya lebih bagus. Yaa, yang orang-orang tahu tetap “Langit Tak Mendengar” dengan versi Peterpan full team, bukan Noah. Agak disayangkan, memang.
Iya, coba deh tanya...

Mustahil kesempatan kedua akan sama berharganya dengan kesempatan pertama, hal ini udah aku sadari jauh sebelum aku nemuin album “Second Chance” sebenernya. Malah, isu mengenai kesempatan kedua udah booming di otak aku beberapa waktu silam. Karena apa? hmm..bisa dibilang aku baru saja memberikan kesempatan kedua dan ternyata berakhir mengecewakan. Anggap saja orang tersebut telah memanfaatkan kesempatan keduanya dengan sebaik mungkin. Memperbaiki kesalahannya sedemikian rupa dari yang sudah dilakukannya pada kesempatan pertama, berusaha sesempurna mungkin, tetapi tetap saja. Selain aku masih terbayang bayang luka #eaaa , aku juga ngerasa jauh berharga kesempatan yang lalu—yang ia sia siakan. Akhir cerita, kurang happy ending tapi bisa di happy-happy in. Semoga kami menemukan bahagia masing-masing.

Contoh yang paling simple tentang kesempatan kedua bisa diliat dari percakapan ini :

A : eh, minta minum dong. Haus banget nih.
B : sorry bro, haus juga.
A : walah, yaudah deh. Paling gua mati dehidrasi bentar lagi.
B : eh eh yaudah ini minumnya.
A : nggak, ga usah.

Males banget kaaan ditawarin ‘kesempatan kedua’ gitu? Wkwkwk aku sering banget ngalaminnya, mungkin juga sering banget ngelakuin dan se-nyebelin itu hahahaha. Intinya apa? ya kalo bisa..kalo bisa ya..aku ga maksa nih..manfaatin kesempatan pertama sebaik-baiknya. Aku percaya kamu berpeluang untuk mendapat kesempatan kedua, ketiga, ke tujuh puluh enam atau ke dua ratus delapan. Tapi itu semua gak akan se berharga kesempatan pertama.

Trust me it works. 

Baiklah, aku akan kembali menghabiskan malam ini dengan dengerin (sekaligus menelaah) lagu-lagu Noah yang baru di Second Chance. Cintailah produk produk Indonesia teman-teman, karena ga semua yang Indonesia bikin itu alay.

Closing statement 
Aku tanpamu, langkah kakiku siap berlari.  
– Noah, Seperti Kemarin
#GerakanKitaMoveOn #AntiMasaLalu

Popular posts from this blog

music is in you, isn't it?

Interpretasi puisi : Aku Ingin, karya Sapardi Djoko Damono

Ibu yang Tidak Ideal