klise

aku emang nggak pernah percaya hal-hal yang klise.

kenapa kamu nggak buat pr? lupa bu.
ah. klise. bilang aja malas.

kenapa kamu nggak nge post blog lagi? ga ada waktu.
klise.

tunggu.

banyak sekali titik titik dikehidupan aku, dimana aku harus menerima kalau apa yang aku pahami itu salah. atau lebih tepatnya, apa yang aku pahami pada awalnya itu salah. mungkin juga begitu banyak koreksi-koreksian dalam post-post blog aku yang harus aku buat. karena "mungkin", aku sudah tidak beranggapan demikian lagi.

maka begitulah sekarang. semua keadaan yang aku cap sebagai 'klise', hadir di kehidupan aku. aku rasanya sedang dipaksa, ditodong, untuk menciptakan keputusan-keputusan yang rasanya seperti bukan aku yang melakukannya. aku seperti melihat orang lain didalam aku,
tapi lucunya hal ini tidak terasa sedikitpun kalau aku berpura-pura.

memang aku. orang lain itu adalah aku sendiri, dan aku tahu sisi "orang lain" yang aku dapat itu diadaptasi dari siapa. siapa? ga akan aku bahas (lagi) disini. kenapa? malas. ah, klise, bilang aja gengsi. nah?
aku sadar aku telah berubah. kemarin, pas aku lagi di pihak 'disakiti habis-habisan', aku terus berfikir. "yang mana yang salah?", "kenapa bisa kayak gini ujungnya?"
berbagai macam spekulasi, berbagai macam situasi yang mengaduk-aduk fikiran aku kala itu. walaupun masalah udah selesai, tapi aku masih bisa nangis gara-gara mengingatnya aja. ujung-ujungnya apa pemikiran panjang aku itu ketemu hasil? kelihatannya iya. hasilnya, beh, asli. akhirnya aku tahu alasan aku untuk bangkit saat itu. alasannya adalah dia-tidak-merasa-sakit-hati-seperti-aku-karena-ia-lebih-menyayangi-dirinya-sendiri. maka aku rombak abis-abisan 'mindset' aku. menjadi seperti itu. maka dari itulah, terbangun aku yang baru. sebagai clue : 'the main project of life is to love yourself"

sampai akhirnya aku diposisi ini. diposisi saat si 'aku-yang-baru' harus membentuk keputusan. dan yah, semuanya jadi terasa klise. tapi kali ini aku akui, se-klise apapun ini, tapi inilah kenyataannya yang aku alami sekarang. kenapa nggak ngeblog? karena aku memang benar-benar nggak ada waktu lagi. sekarang lagi ngetik ini, aku lagi dihadapkan dua pilihan : tutup tab 'blogger.com' dan nyari bahan buat ppt bahasa inggris, atau tutup laptop dan berkutat dalam pr matematika. mengetik post bukanlah diantaranya. tapi sengaja aku sisip-sisipkan waktu untuk tulisan tanpa editan ini. ini menjadi hal pertama yang aku baru ketahui, bahwasanya blogger (ataupun penulis macam apapun) hampir semua tulisan mereka berasal dari kehidupan mereka sendiri. bukan dari cerita orang lain. dengan menulis, ia punya media untuk mengiyakan maupun membantah isi otaknya.

yang kedua yang aku sadari adalah, bahwa hal hal yang klise tidak selamanya palsu. kita ingat lagi kenapa hal itu jadi klise. karena alasan itu over used. karena begitu banyak orang yang menggunakan alasan itu, bahkan orang yang tidak harusnya menggunakan alasan itu, tetap menggunakannya. orang-orang palsu itulah yang menciptakan kesan klise.

sementara aku saat ini, dengan pahitnya terpaksa memakai alasan alasan klise karena simply memang itu alasan aku.
seperti mengakhiri sebuah hubungan dengan jangka waktu pas pasan satu bulan, dan alasannya itu karena ga cocok.
klise. klise parah. aku sendiri ngerasa itu klise luar biasa. alasan-alasan jahat pun melayang-layang diotak aku, seperti entah itu pelarian, entah itu settingan, entah itu balas dendam.
ternyata enggak. aku emang ga punya alasan lain. alasan klise itulah memang satu-satunya alasan aku. yang bikin aku terpaksa nyakitin anak orang, tapi disisi lain aku tau aku emang ga bisa maksain diri. persetanlah aku (ataupun orang lain) menganggap klise.

yang jelas, aku yang dulu gak akan ambil keputusan yang seperti ini. tapi yang lebih jelas lagi, aku lebih bahagia dengan aku yang baru.

sebelum aku berhenti nulis ini, ada satu hal lagi, yang mungkin kalian-yang-sedang-baca-dan-nggak-ngerti-sedikitpun-apa-maksud-aku bisa ambil dari post ini. kalau kalian saat ini adalah sebuah pihak yang sedang sakit hati, udah, nggak usah harap-harap karma. karena sekarang, aku baru aja tukar posisi. dari yang sakit hati, jadi yang menyakiti. tapi buktinya, aku tidak merasa menang karenanya. aku masih tersiksa, apalagi ngebayangin anak orang yang sakit hati itu ngerasain sakit hati yang aku alami sebelumnya. ergh..

okelah, udah jam 12. saatnya aku belajar. belajar? klise.

Popular posts from this blog

music is in you, isn't it?

Interpretasi puisi : Aku Ingin, karya Sapardi Djoko Damono

Ibu yang Tidak Ideal