salah prinsip
Hai, halo. Udah agak lama aku nggak nulis
disini, disebabkan karena aku harus nahan diri buat nggak beli paket modem pada
masa ujian kenaikan kelas. Yeay, setelah seminggu penuh, dua hari lalu adalah hari
terakhir ujian, ditutup dengan closing sambil senam lantai alias ujian tertulis
penjas. Aku mau kasih kalian hadiah bagi yang tahu ujian apa yang lebih penting
daripada ujian tertulis penjaskes. Karena saking pentingnya ujian itu, terlalu
banyak para murid yang menghabiskan hari sebelumnya untuk bel--
bukan. bukan
belajar. Bela belain pergi nonton Now You See Me ke bioskop terdekat. Aaah!!
The movie is sooooo fuckin cool. Sejenis film yang merugi kalau dilewatkan.
Wajib nonton. Wajib.
Untuk hari yang semoga saja berbahagia bagi
kalian ini, aku bakal cerita bagaimana selama ini aku itu udah salah prinsip.
Semoga saja nggak cuma aku, tapi aku rasa bakal banyak yang gak nyangka bahwa
prinsip yang aku kasih tau ini salah. Bagi teman teman yang cukup sering baca
blog aku, pasti udah kenal sekali kalau fani udah bilang gini. Kalau fani udah
bilang ‘bahwa sebelum kita melakukan sesuatu pada orang lain, kita harus
berfikir kalau itu adalah kita sendiri’. Ya? Benar? Seems really right. Soalnya
mungkin ada tiga post aku ngebahas tentang prinsip ini, secara segitu kuatnya
aku memegang kata kata ini. terutama di post antara dua yang clear ngebahas tentang itu.
Tapi ternyata, aku baru sadar nggak selamanya
itu bisa dipakai. Alasan yang paling simple sekaligus sangat kuat adalah,
karena manusia itu beda beda. Jujur, aku selalu lupa dengan kenyataan yang satu
ini. bagi aku, orang orang itu sama. Perasaan mereka sama. Jadi apabila aku
ngerasain hal ini dan aku sakit hati, aku kira orang pasti juga akan sakit hati
jika dia merasakan hal yang sama. Ternyata enggak! Seriously, enggak. Nggak
yakin? Coba kita lihat.
Aku adalah orang yang perasa. Karena awalnya
aku mengira orang orang juga perasa, sama seperti aku, aku pun jadi orang yang
terus berusaha jaga jaga perasaan orang. Not saying that aku adalah manusia
yang lemah lembut baik hati dan tidak sombong. Enggak, tentu aja enggak. Tapi
aku memang cenderung memikirkan orang. Aku yang notabene suka dibantu kalau ada
masalah, jadi kalau ada orang yang ada masalah aku bakal sekuat mungkin untuk
ngebantu. Dan begitulah, seakan akan semua ada balasannya. bersikap baik sama orang, dia
bakal baik juga sama kita. Treat them the way you want to be treated. Begitu
awalnya. “awalnya”.
agree? come closer. |
Sampai akhirnya aku pada posisi ini. dimana
aku mulai ngerasa salah dengan ini. Banyak hal
yang membuat aku ngerasa “loh, kok gini? Perasaan aku udah... “. Karena gini,
harusnya karena kita ngebayangin diri kita adalah orang lain, otomatis kita
udah punya gambaran respon apa yang orang lain lakukan jika kita berbuat
demikian. Ngerti ga sih?
Tapi gambaran itu ternyata gak selalu benar.
Tapi gambaran itu ternyata gak selalu benar.
Sebagai contoh. aku nitipin sesuatu ke orang
lain, karena aku nganggap kalau aku jadi dia, aku bakal nge jaga barang itu
baik baik. Ternyata, “gambaran” aku itu salah. Aku ternyata nitipin ke orang
yang acuh tak acuh, cuek dan semacamnya. Jadi yang aku kira titipan aku bagi
dia adalah sebuah tanggung jawab, ternyata bagi dia gak ada yang harus
dipentingkan. Then, barang itu hilang. Begitulah. Aku harusnya sadar, orang itu
beda-beda. Tidak semua orang sama seperti kamu, sama seperti aku. Kata sifat
itu ada banyak, berikut dengan antonimnya yang berarti bakal dua kali lipat
jumlahnya. Jadi harusnya prinsip “treat people the way you want to be treated” adalah
salah besar. Kamu memperlakukan orang sombong dengan ramah, dia pasti bakal
jawab dengan sombong juga. Kayak aku kemarin, aku kebetulan lagi butuh sesuatu
dengan seseorang yang sebenarnya juga udah cukup jauh dari aku. Kalau aku mau
kasar, orang ini semacam gak punya perasaan. Tapi sebut saja dia itu kurang
ramah. Jadi karena aku butuh, aku dengan baik baik dan ramah minta sama dia. Eh, ujung
ujungnya di ketusin, di kasarin. Aku terus terang aja kalau dia itu ketus,
berujung dia marah. Jadinya? Sip, aku ga dapat apa yang aku butuhkan. yang dapat malah sakit hati yang berlebihan. kasihan.
Berlanjut, aku juga dulu ngerasa mereka mereka
yang tidak peduli dengan haters adalah salah. awalnya bagi aku, jika kamu punya
haters, berarti memang ada yang salah dari kamu. Gak boleh dicuekin, kalau ada
haters, berubahlah. Berubah jadi yang lebih baik. Dan ternyata, lagi lagi aku
salah prinsip. If the people hate you, they hate you. No matter what, they hate
you. Berusaha baik dengan orang yang benci sama kita, well no. Jangan. Dia bakal
punya judge yang lebih menyakitkan daripada kenyataan bahwa dia itu benci sama
kita. Semisal kita udah baik nih sama orang yang benci sama kita, eh tapi
dianya gak ngegubris sama sekali. Ujung-ujungnya sikap baik kita itu malah
dianggap 'sikap kalah'. Get it? Semacam, “liat deh, orang yang aku benci
sekarang baik sama aku. Ada setan apa tuh? Udah kalah ya?”
Oke aku tau itu sangat sinetron, but it happens. Aku juga beberapa kali berusaha ngalah sama orang yang benci sama aku, berusaha untuk tetap baik. Segimanapun mereka tidak terima kebaikan aku, aku tetap berusaha nggak benci balik. Karena apa? Simple, karena prinsip awal. Karena aku gak suka dibenci, makanya aku gak demikian. Gitu aja. Makanya, aku masih tebal muka aja baik sama orang yang gak suka aku, itung itung siapa tau bisa memperbaiki keadaan karena, well, aku gak suka keadaan benci bencian. mau bikin apa sih? perang dunia ketiga? perang dingin blok barat dan timur? Apalagi kalau ketemu udah kayak sok sok gak kenal, plus tatapan sadis ala cinta cenat cenut tiga. Risihnya luar biasa, apalagi aku orangnya suka mikir, jadi kepikiran terus kan salah aku apaan. Sampai akhirnya, dititik ini, aku sadar. Segala upaya “perbaikan keadaan” ini gak berhasil, dan malah membikin muak. Kesel kan? Malah kayak kita itu menghamba buat berteman dengan dia. Pft, gilak. manusia...manusia...
Oke aku tau itu sangat sinetron, but it happens. Aku juga beberapa kali berusaha ngalah sama orang yang benci sama aku, berusaha untuk tetap baik. Segimanapun mereka tidak terima kebaikan aku, aku tetap berusaha nggak benci balik. Karena apa? Simple, karena prinsip awal. Karena aku gak suka dibenci, makanya aku gak demikian. Gitu aja. Makanya, aku masih tebal muka aja baik sama orang yang gak suka aku, itung itung siapa tau bisa memperbaiki keadaan karena, well, aku gak suka keadaan benci bencian. mau bikin apa sih? perang dunia ketiga? perang dingin blok barat dan timur? Apalagi kalau ketemu udah kayak sok sok gak kenal, plus tatapan sadis ala cinta cenat cenut tiga. Risihnya luar biasa, apalagi aku orangnya suka mikir, jadi kepikiran terus kan salah aku apaan. Sampai akhirnya, dititik ini, aku sadar. Segala upaya “perbaikan keadaan” ini gak berhasil, dan malah membikin muak. Kesel kan? Malah kayak kita itu menghamba buat berteman dengan dia. Pft, gilak. manusia...manusia...
Kurang contoh? sini aku kasih contoh lagi. Salah
prinsip ini juga kadang kadang bikin malu. Karena aku yang awalnya suka ngajak
orang yang gak terlalu aku kenal bicara, just want to be friendly. kalau kalau aku bisa ngucapin beberapa punchline biar keadaan agak santai. Karena, yah,
lagi lagi, karena aku suka orang orang yang ramah. Yang gak sombong walaupun sama orang yang gak terlalu deket. Eh tapi ujung ujungnya malah mereka menatap aneh
dan aku rasa kalau aku sedang di judge “sksd” sama pengadilan hati si orang
tersebut. Whattt?? Aissh, susah ya.
Jadi, fan. Kesimpulannya apa? Gimana dong
caranya memperlakukan orang? Perasaan “treat others the way you want to be treated”
itu quote yang udah tenar deh. Di tumblr aja rame nulis kayak gitu. Dwitasaridwita
sebelum ngerebut pacar orang juga nge tweet quote itu.
beh, tumblr banget |
no, it's not! wake up dude! *gambar bunga* |
Kesimpulannya? Oh, mari kita ganti quote nya. Dikit
aja kok.
Treat others the way THEY want to be treated.
ayo, capture. post di tumblr masing masing huahahaha
Dikit, tapi mengubah makna dengan besar. Dikit,
tapi menambah langkah kita buat melakukan sesuatu. Karena tentu aja, kita harus
tau dulu gimana sih orang ini pengennya diperlakuin? Sini, aku kasih tau trik
simple nya.
1. Pastikan kamu kenal dengan orang
ini. gak usah terlalu dekatlah, setidaknya tau dia orangnya gimana.
Oke, step 1 itu terasa cukup
sulit. Gimana pula caranya mengetahui sifat orang? Kalau sama temen sih mungkin
gak masalah, tapi kalau sama orang yang gak terlalu deket? Yaudah, act normal. act normal like you used to be, tanpa spesialisasi.
Itu aja. Kalau bisa nih, kurangilah interaksi sama mereka yang tidak terlalu
dekat. Nanti malah kejadian kayak aku lagi. Lagi pula kita juga ga akan terlalu
sering ngobrol sama orang yang nggak terlalu dekat sama kita kan?
2. Kalau sama orang cuek, gak usah
terlalu mempedulikan mereka.
Walaupun kamu orangnya pedulian. Tahan, tahan aja
semua kepedulian itu. Kecuali in case of dia kecelakaan atau apapun yang
penting. Jangan lupakan sisi manusiawi lah teman teman. Percayalah, treat
people how do they want to be treated. Mereka gak perlu dipeduliin. Agak kasar
ya? Cuma bagi mereka itu semacam “kalau gak peduli, gak apa. Kalau peduli, oh
yaudah. Gak apa.” Mereka gak akan menganggap itu sebuah kebaikan atau apapun. Peduli
sama mereka gak menjamin sama sekali mereka akan peduli dengan kita. Seperti yang
pernah aku bilangin sebelumnya di sebuah posting, peduli sama mereka yang tidak peduli adalah
pedih. Begini juga dengan orang sombong, orang ketus, dan sebagainya. Karena apa?
Bagi manusia, apapun yang dia lakukan sesuai sifat dia, adalah normal. Jika dia
bersifat ketus, cuma kita yang nganggap dia ketus. Bagi dia? Dia bakal ngerasa “aku
biasa biasa aja kok. aku nggak ketus”. Kita ketusin balik pun, mereka gak
sadar. Karena itu normal. Bagi mereka itu normal. Susah ye jadi orang perasa?
3. Kalau sama orang yang punya sifat
buruk yang mengganggu kayak kotor, pelit, kasar.
Jadi, berusahalah buat nggak
melakukan interaksi yang berhubungan dengan sifat buruknya itu. Misalnya pelit.
Berusahalah untuk tidak minjam uang sama orang pelit. Orang masih banyak, dan
gak semuanya pelit kok. orang kasar, gak usah sering sering bicara sama orang
kasar.
Tapi gimana kalau orang pelit minjam uang sama kita? Yah, gausah balas
dendam juga. Ngikutin sifat buruk orang adalah bodoh (aku juga baru sadar ini). Mentang mentang temen
kita pelit, trus kita harus pelit juga gitu?:)
4. Kalau di kejadian benci bencian
kayak aku tadi, just...
berusahalah mengabaikannya. Serisih apapun kamu. Karena apa?
Dalam situasi seperti ini, mereka yang menjauh dari kita, yang gak suka dengan
kita, semua prilaku mereka itu adalah
kemauan mereka. Jadi kalau kita tetep berusaha memperbaiki keadaan, baik atau
apapun lah, itu sama aja kita memaksakan kemauan kita yang notabene keluar
jalur “treat others the way they want to be treated”. Mereka mau benci bencian,
yaudah deh gak apa. Benci balik? Oh, gausah. Kalau masih mau memperbaiki keadaan,
cukup manfaatkan momen mohon maaf lahir bathin-nya bulan puasa yang bentar lagi
bakal datang. Syukur syukur deh kalau dimaafin. Btw, thanks to tsara dhinna
yang udah nyadarin aku tentang hal ini. best best best friend, yang satu
satunya pernah bilang “aku sedih karena aku gak bisa bantu kau”. Ah, terharu!
<3
loh, berarti nyikapin orang orang harus beda gitu? muka dua dong? ah ngapain juga repot repot fan, be yourself aja.
tunggu, disini artinya bukan berarti kamu akan jahat sekali pada A, dan baik sekali dengan B. jadilah teman yang baik, itu aja. memperlakukan orang sesuai dengan apapun yang mereka inginkan semata mata agar menjadi teman yang baik, sekaligus menghindari sakit hati kita karena sifat buruk orang lain. ini gak ada hubungannya untuk repot repot, kecuali kalian ngerasa "berfikir sebelum berbuat" adalah repot repot. pegang prinsip yang insyaAllah tak akan pernah salah.
be yourself? if you're not good enough, then don't. banyak orang yang sadar sifat sifat buruknya dan tetap bertahan bahkan berkata "inilah aku." bukan, bukan juga memaksa diri untuk perfect. tapi gini, apa kalian sering didalam suatu masalah yang dibuat orang, kalian memaklumi sifat buruk orang contohnya dengan kalimat "yaudah nggak apa, dia kan emang gitu."
nah! kalau aku denger orang yang bilang "yaudah, nggak apa. fani kan emang gitu. " aiiisssh i felt really bad. kayak orang harus berkorban demi tolerir ke sifat buruk kita. kalau kalian nge denger orang lain bilang gitu, gimana? okay, i think you get my point now.
if you're still thinking that "treat people the way you want to be treated" is still true, kita bisa luruskan ini. karena simple nya, apapun sifat manusia, mereka ingin diperlakukan dengan baik. kamu ingin diperlakukan baik, dia juga ingin diperlakukan baik. memperlakukan dia dengan baik, karena itu juga adalah kemauan kamu. tapi ingat, karena manusia itu beda-beda, "baik" bagi mereka pun beda beda. so..keep thinking :p
okedeh, sekian untuk posting yang aku bilang cukup strong pada hari ini. jujur butuh 3 hari buat nyelesainnya -_- saking saking berfikir materi apa yang benar dan kekurangan kekurangan di materi ini. sip deh. makasih udah baca post yang panjang ini, semoga bermanfaat. amin. have a nice day, all! :)
if you're still thinking that "treat people the way you want to be treated" is still true, kita bisa luruskan ini. karena simple nya, apapun sifat manusia, mereka ingin diperlakukan dengan baik. kamu ingin diperlakukan baik, dia juga ingin diperlakukan baik. memperlakukan dia dengan baik, karena itu juga adalah kemauan kamu. tapi ingat, karena manusia itu beda-beda, "baik" bagi mereka pun beda beda. so..keep thinking :p
okedeh, sekian untuk posting yang aku bilang cukup strong pada hari ini. jujur butuh 3 hari buat nyelesainnya -_- saking saking berfikir materi apa yang benar dan kekurangan kekurangan di materi ini. sip deh. makasih udah baca post yang panjang ini, semoga bermanfaat. amin. have a nice day, all! :)
wooowww!! menarik banget! :)
ReplyDeletemakasih desgia! :D
DeleteAgak berat ya materinya paniee =))
ReplyDeletewop ada saingan nih :p
Delete