yang kedelapan untukmu,
" main bentar yok? Sebagai sesama 'penulis'? "
" main apa? "
" aku sebutin satu kata, kamu bikin satu paragraf soal itu. boleh puisi, boleh apa aja, yang penting ada hubungannya sama kata itu "
" wuiih, malu aku. usah lagi "
" heh, cuma aku atau kamu yang baca kan? ngapa malu? biar kebakar lagi diksi diksi yang tersendat tuu "
" kamu lebih hebat dari pada aku. diksi kamu luar biasa. malu aku "
" buatlah puisi. aku lemah di puisi. pilihin kata yang susah buat aku, pake skor ni. "
" satu "
Giliran 1, Seto Saksono
Kata : Satu
Satu, daun
Dua, dahan
Tiga, batang
Empat, akar
Tumbuh mengarah sungai cerita
Tersapu hanyut lautan air mata
Sebuah senyum berpayung derita
Awal semangat demi hidup lebih baik
Giliran 1, Faroh Nur Alfani
Kata : Perahu
Takkan sampai perahu ke seberang
Entah hidung mengendus makhluk asing dari bawah
Atau kehausan daratan
Tidak, tak akan pernah berlabuh ia
Sampai ia tahu kapan dan dimana tersambut nyawanya oleh akar akar gambut yang menggeliat
Giliran 2, Seto Saksono
Kata : Probabilitas
Ketika angin bertemu awan, berapa probabilitas rindu ini mati
Aku bertanya, akulah perindu jawaban
Ketika sungai meranggas, seberapa probabilitas ini terungkap?
Bukan angka yang kucari, seutas kepastian yang ku nanti
Giliran 2, Faroh Nur Alfani
Kata : Figuran
Lalu lalanglah kamu seakan akan esok kamu akan mati
tak pernah akan ada yang peduli
Atau berputarlah kamu menghirup aroma kepahitan,
menangis jejeritan
kami, dan kamu hanya figuran dari sinema yang tak tahu akhir
Jangan harapkan kamu lebih
Giliran 3, Seto Saksono
Kata : Kuaci
Pasar malam disesaki cahaya
Buat sang purnama sirik merenung
Kita sibuk berkata, berlangkah, berpandang
Sembunyi diantara malu dan canggung
Sebungkus kuaci kuberikan padamu
Kuaci renyah peluluh kebuntuan kata
Giliran 3, Faroh Nur Alfani
Kata : Antiseptik
Selapis aku terpaku untuk menemuimu
Mencari celah celah kosong tatapan matamu
Hanya saja, disekelilingmu seakan terbentang antiseptik yang membentengimu
dan aku hanyalah organisme kecil,
organisme yang pemalu
Giliran 4, Seto Saksono
Kata : Tulisan
Sedari awal aku menulis
Kucoba terus memutar pena
Namun ia tegak diam tak bergeming
Seperti suara di ruang hampa udara
Tulisan ini amat kosong tak berwarna
Seperti raga tak terisi jiwa
" coba sekarang kamu nulis di blog? "
" nulis apaaa? "
" lanjutlaah cerita baruu "
" aku post tentang chat kita ni ya? "
" hah? boleh aja nyo. tapi baru tujuh puisinya. eh, gausah lagi. delapan angka sial "
" okee. inilah inspirasi aku sekarang "
" hahaha, gak hambar lagi kan? "
" gaaak "
Yang Kedelapan Untukmu
Tak pernah terfikir untuk tiba tiba menjadi situasi seperti ini
Memang aku hanyalah debu kecil yang berkeluh kesah
entah apa yang di resahkan
aku akui tak ada dari sejengkal ragaku yang penting
tapi kamu menggeleng seakan ada cahaya didalam aku
dan aku mungkin sudah tidak menulis sambil berkedip
atau waspada dalam diksi
tapi kamu menarikku
dan kutulis ini,
yang kedelapan untukmu.
entah untuk ucapan terima kasih
atau untuk melengkapi tawa yang terbalut sastra--hampir tidak mungkin, tapi nyatanya--yang telah terukir barusan
satu perahu aku selipkan untukmu
untuk menyalurkan apa yang kau tuntut sebagai probabilitas
entah apa gunanya, sosok figuran seperti aku berwenang menghadapimu
hanya setitik kecil kuaci, terlumuri antiseptik
mati. mungkin aku sudah kaku dan dingin.
tapi tidak kata mu.
dan lihat lah kekuatanmu.
menghidupkan tulisanku yang ku kira sudah mati.
ditulis saat ini juga,
16 September 2012
Faroh Nur Alfani