....

aku tak akan menyebut apa yang aku tulis ini apa apa...
tak pula karya tak pula cerita,
hanya sekedar kias kiasan dari kepala.

bahwa, anggap saja. tolong, anggap saja..

seorang perempuan yang terus terhambat penyembuhan hatinya.
akibat seorang laki laki.
yang terus menerus ada difikirannya.
sebagai orang pertama yang menghiasi hatinya, memenuhkan kepalanya.
dengan bayang bayangan tatapan dari jauh.
tatapan yang tak akan terbalas.

kemudian demi kemudian waktu berlalu.
masih saja, dengan hal apapun, dengan segala kode melebihi ilmu siapapun
seorang perempuan. hanya seorang perempuan.
dengan bermodalkan mengirimkan pesan pesan batin.
walaupun tak pernah tahu bahwa pesan itu hanya tertera begitu saja,
tak pula terhembus angin.
tak pula terbasahkan hujan.
tak ada yang sudi.
tak akan pernah ada yang sudi.
membaca ataupun melenyapkan.

dengan keyakinan penuh. hal ajaib akan terjadi.

selang waktu terus berlalu, masih berkutat dalam hal yang sama.
memperhatikan pakaian seseorang,
wajah seseorang,
mata yang diam,
kaki yang menopang,
memang terdiam.
hanya saja diam itu adalah saat saat terbaiknya, memperhatikan seseorang dalam waktu yang lama,
jarak yang dekat.
dan tak terlihat.

berlalu lagi waktu. berlalu lagi.
kebetulan kebetulan mulai terjadi.
tapi waktu tak pernah tepat.
kebetulan. lagi lagi sebuah kebetulan.
yang terasa mengusik.
serasa akan dihindari

tapi, semenjak kebetulan itu sudah tak ada lagi.
betapa dia merindukan untuk kembali merasakan.

singkat cerita. sudah sekian lama.
sekian lama. terpisahkan. dipisahkan pula.

sekarang mengais ngais. perempuan itu.
kasihan, sungguh kasihan.
padahal tak henti henti memimpikan hal yang sama.
hanya dimimpilah ia bisa berkomunikasi.
dengan orang yang diharapkannya.
walaupun lagi lagi.
maya.

untuk kali ini. dia berharap bunga bunga tidur itu tak kan berhenti.
setidaknya untuk terus mengembang biak kan rindu akut yang tak kunjung padam.
atau muka muka yang panas setiap berpapasan dijalan.
jantung yang berdebar debar hanya mendengar derap langkahnya.
gerakan tubuh tak terkendali hanya karena melihatnya tertawa.
walaupun terus menggumamkan.
bukan karena aku. bukan karena aku.
aku hanya jauh. setitik jauh. tak terlihat. memperhatikan.
dari jauh.

Untukmu, sebuah puisi yang dinyanyikan. (to listen click here)


sudah berapa lagu kunyanyikan untukmu?
sudah berapa puisi kutuliskan?
sudah berapa khayalan ku buat?
sudah berapa mimpi aku rasakan?
sudah berapa benda yang aku gengam?
sudah berapa karya yang aku korbankan?
sudah berapa buku yang kutuliskan?
sudah berapa musik yang ku resap?
sudah berapa curahan hatiku?
sudah berapa hari ku menunggu?
sudah berapa menit detik sekon?
sudah berapa tahun?
sudah berapa kali ku kagumi mu?
sudah berapa kali ku berharap?
sudah berapa kali ku berusaha melupakanmu?
mengingatmu kembali?
sudah berapa pengorbananku...

sudah berapa balasanmu...
untukku..?

sudah berapa kali kau berkorban..
untukku..?

tak, seluruhnya nihil.
seharusnya nihil.
sebenarnya nihil.

apa aku perhitungan?
apa aku marah?
tidak. tidak.

aku hanya rindu padamu.
sudah berapa kali aku rindu..
padamu..?


Popular posts from this blog

music is in you, isn't it?

Interpretasi puisi : Aku Ingin, karya Sapardi Djoko Damono

Ibu yang Tidak Ideal